Sunday, June 12, 2016

Penyampaian yang mengganggu

Akhir-akhir ini sedang marak dengan kata-kata 'toleransi beragama' apalagi di bulan Ramadhan saat ini dimana umat muslim sedang menunaikan ibadah puasa. Aku sendiri punya pemahaman kalau toleransi beragama adalah dimana setiap orang menghargai serta menghormati agama dari setiap umat manusia, contohnya saat nyepi di Bali umat Islam menunaikan solat Jum'at dengan volume yang amat kecil demi menghormati umat Hindu yang tengah ber-Nyepi.

Tapi bukan masalah toleransi beragama yang mau aku bahas, tapi uneg-uneg pribadi mengenai sifat masyarakat sekitar terutama dalam permasalahan puji-pujian yang dilantunkan lewat speaker masjid. Saya bukan mau menghina atau protes, hanya saja sedikit berkritis mengenai cara-cara penyampaian yang bersifat keagamaan  oleh masyarakat sekitar, toh saya juga seorang muslim yang insya Allah punya sedikit ilmu mengenai agama. 

Sering kali kita mendengar lantunan puji-pujian yang gemakan lewat speaker masjid menjelang dan sesudah azan, namun terkadang waktu dan kualitas speaker menjadikan puji-pujian tersebut sebagai 'pengganggu' daripada 'doa bersama'. Misal diwaktu subuh dimana orang sedang tertidur lelap tiba-tiba terbangun dengan suara keras speaker puji-pujian dimana waktu subuh masih sekitar 1 jam, memang puji-pujian di nyalakan untuk membangunkan orang untuk solat subuh namun apa perlu 1 jam sebelum? dan bagaimana dengan orang-orang yang non muslim? atau yang sedang berusaha khusuk untuk solat malam? bukankah itu menjadi pengganggu? dan hampir kebanyakan speaker masjid memiliki kualitas yang dibawah rata-rata, sehingga puji-pujian yang dilatunkan tidaklah jelas apa yang disampaikan malahan menjadi suara bising semata. Beberapa waktu lalu wapres Jusuf Kalla sudah pernah menyinggung masalah tersebut, namun yang didapat malahan protes dan cemohan dari para ulama dan kyai tanah air. Jika dilantunkan sebelum waktu solat memang menjadikan tanda waktu solat telah dekat, dan bagaimana jika dilantunkan setelah waktu solat? banyak ulama yang berpendapat untuk sebaiknya tidak dilakukan karena tidak ada hadist yang kuat untuk mendukung namun banyak juga yang berpendapat hal tersebut dibolehkan dan merupakan sunnah dan mendapatkan banyak pahala. Seharusnya waktu antara adzan dan iqomah merupakan waktu yang mustajab untuk berdoa dan solat sunnah, mengapa diganggu degan suara puji-pujian yang semestinya bisa dilakukan sendiri dalam hati atau dengan volume yang kecil. Lalu bagaimana dengan tilawah/bacaan qur'an? setau saya, Rasulullah SAW menganjurkan untuk membaca al-qur'an sebelum adzan *maaf jika saya salah menafsirkan* namun apa yang terjadi di masjid-masjid di Indonesia? Mereka menyetel rekaman tilawatul quran dan dimainkan lewat speaker masjid. Jauh dari anjuran baginda nabi Muhammad SAW, parahnya lagi terkadang saat fajar pengurus masjid bangun untuk menyalakan rekaman dan kembali tidur sampai menjelang waktu solat. 

Kalau pendapat saya sendiri, segala bentuk puji-pujian apalagi yang dilantunkan lewat speaker masjid dengan berbagai tambahan kalimat selain shalawat nabi dengan berbagai bahasa merupakan sesuatu yang mengganggu. Pasalnya kita bisa bersholawat dengan suara yang kecil tanpa mengganggu orang lain, apalagi orang-orang yang sedang khusuk melaksanan solat sunnah. Toh hal tersebut merupakan sunnah dan tidak ada hadist atau ayat khusus mengenai pelaksanaan puji-pujian tersebut.  Jika situasi dibalik, apa mau ummat muslim mendengar lonceng gereja dibunyikan dalam 5 kali sehari dalam kurun waktu 1 jam? sepertinya tidak, so mari menjadi ummat yang bertoleransi, menghargai sesama dan ummat agama lain karena Indonesia bukan negara Islam.

0 comments:

Post a Comment